Kamis, 17 Maret 2016

Hanya Sebuah Koin Gepeng

Tidak ada komentar :



Suatu hari seorang laki laki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi keuangan keluarganya porak poranda. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya, sandang maupun pangan. Anak anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tidak tahan dengan kondisi yang ia hadapi, dan dia tidak yakin bahwa perjalanannya kali ini akan membuahkan hasil yang ia inginkan, yaitu mendapatkan pekerjaan.

Ketika laki-laki itu menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya tersandung sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.

“Uh, ternyata hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” ujarnya kecewa.

Meskipun demikian ia membawa koin itu ke seorang kolektor uang kuno. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai tiga ratus ribu. Ia begitu senang dan mulai memikirkan apa yang akan ia lakukan dengan rizki tersebut.

Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata bahwa mereka tak punya tempat untuk meletakkan toples. Setelah membeli lembaran kayu seharga 300 ribu, dia memanggul kayu tersebut dn beranjak pulang.

Ditengah perjalanan ia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Ia menawarkan uang sejumlah satu juta pada lelaki itu. Terlihat ragu-ragu di mata lelaki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan disana ada sebuah lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan ia melewati sebuah perumahan baru. Seoarang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya menengok keluar jendela dan melihat lelaki itu tengah mendorong gerobak yang berisi lemari yang indah. Wanita itu terpikat dan menawarnya dengan harga dua juta. Ketika laki-laki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi dua setengah juta rupiah. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang. Di pintu desa ia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran senilai dua setengah juta rupiah itu. Lalu tiba-tiba ada seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati,merampas uang itu, lalu kabur.

Istri lelaki itu kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya sambil berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik-baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.

Memang, ada berbagai cara untuk menyikapi kehilangan. Semoga kita termasuk orang yang bijak dalam menyikapi kehilangan dan sadar bahwa semua itu hanyalah TITIPAN Allah. Bila kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan? “Sesungguhnya kemenangan hidup bukan pada tingkat keberhasilan mendapat banyak, tetapi pada kemampuan mensyukuri apa yang didapat dan menyadari bahwa itu bukanlah miliknya”.(MA/Syr)

adaptasi dari The Healing Stories karya GW Burns

Tidak ada komentar :

Posting Komentar